BAB 1
PENDAHULUAN
.1.1.Latar Belakang
Dewasa ini, merokok merupakan suatu pemandangan
yang sangat tidak asing. Kebiasaan merokok dianggap dapat memberikan kenikmatan
bagi perokok, namun di lain pihak dapat menimbulkan dampak buruk bagi perokok
sendiri maupun orang-orang disekitarnya. Berbagai kandungan zat yang terdapat
di dalam rokok memberikan dampak negatif pada tubuh penghisapnya. Beberapa
motivasi yang melatar belakangi merokok adalah untuk mendapat pengakuan (anticipatory
beliefs) untuk menghilangkan kekecewaan (reliefing beliefs) dan
menganggap perbuatannya tersebut tidak melanggar norma (permission
beliefs/positive) (Joemana, 2004).
Smet
(1994) berpendapat bahwa usia pertama kali merokok umumnya berkisar antara usia
11-13 tahun dan mereka pada umumnya merokok sebelum usia 18 tahun. Usia
tersebut dapat dikategorikan termasuk dalam rentangan masa remaja. Lebih jauh
lagi Data WHO mempertegas bahwa kepala keluarga memiliki kecenderungan yang tinggi untuk
merokok, data WHO menunjukkan bahwa dari seluruh jumlah perokok yang ada di dunia
sebanyak 50% adalah kepala keluarga (Republika, 1988).
Terdapat banyak alasan yang melatarbelakangi
untuk merokok. Secara umum berdasarkan kajian Kurt Lewin, merokok merupakan
fungsi dari lingkungan dan individu. Artinya, perilaku merokok selain disebabkan
dari faktor lingkungan juga disebabkan oleh faktor diri atau kepribadian.
Faktor dalam diri perokok dapat dilihat dari
kajian perkemangan remaja. Remaja mulai merokok dikatakan oleh Erikson
(Gatchel, 1989) berkaitan dengan adanya krisis aspek psikososial yang dialami
pada masa perkembangannya yaitu masa ketika mencari jati diri. Dalam masa
remaja ini sering terjadi ketidaksesuaian antara perkembangan psikis dan
perkembangan sosial. Upaya-upaya untuk menemukan jati diri tersebut tidak
selalu dapat berjalan sesuai dengan harapan masyarakat. Beberapa remaja
melakukan perilaku merokok sebagai cara kompensatoris. Seperti yang dikatakan
oleh Brigham (1991) yang dikutip oleh Helmi, bahwasanya perilaku merokok bagi
remaja merupakan perilaku simbolisasi. Symbol dari kematangan, kekuatan,
kepemimpinan, dan daya tarik terhadap lawan jenis. Merokok bagi sebagian remaja
merupakan perilaku proyeksi dari rasa sakit baik psikis maupun fsik.
Walaupun di sisi lain, saat pertama kali mengkonsumsi rokok dirasakan
ketidakenakkan. Hal ini sejalan dengan perkataan Helmi yang berpendapat bahwa
saat pertama kali mengkonsumsi rokok, kebanyakan remaja mungkin mengalami
gejala-gejala batuk, lidah terasa getir, dan perut mual. Namun demikian,
sebagian dari para pemula tersebut mengabaikan pengalaman perasaan tersebut,
biasanya berlanjut menjadi kebiasaan dan akhirnya menjadi ketergantungan.
Ketergantungan ini dipersepsikan sebagai kenikmatan yang memberikan kepuasan
psikologis. Sehingga tidak jarang perokok mendapatkan kenikmatan yang dapat
menghilangkan ketidaknyamanan yang sedang dialaminya.
Secara manusiawi, orang cenderung untuk menghindari
ketidakseimbangan dan lebih senang mempertahankan apa yang selama ini dirasakan
sebagai kenikmatan sehingga dapat dipahami apabila para perokok sulit untuk
behenti merokok. Klinke & Meeker (dalam Aritonang, 1997) mengatakan bahwa
motif para perokok adalah relaksasi. Dengan merokok dapat mengurangi ketegangan,
memudahkan berkonsentrasi, pengalaman yang menyenangkan dan relaksasi hingga
terbiasa hingga dewasa..
Seperti yang diungkapkan Levethal & Clearly
dalam Cahyani dan dikutip kembali oleh Helmi bahwasanya terdapat empat tahap
dalam perilaku merokok sehingga menjadi perokok, yaitu:
1.
Tahap Preparatory. Seseorang yang mendapatkan gambaran yang
menyenangkan mengenai merokok dengan cara mendengar, melihat, atau dari hasil
bacaan. Hal-hal ini menimbulkan minat untuk merokok.
2.
Tahap Initiation. Tahap perintisan merokok yaitu tahap seseorang
meneruskan untuk tetap mencoba-coba merokok.
3.
Tahap becoming smoker. Apabila seseorang telah
mengkonsumsi rokok sebnayak empat batang perhari maka seseorang tersebut
mempunyai kecenderungan menjadi perokok.
4.
Tahap maintenance of smoking. Tahap ini merokok
sudah menjadi salah satu bagian dari cara pegaturan diri (self
regulating). Merokok dilakukan untuk memperoleh efek fisiologis yang
menyenangkan.
Selain faktor perkembangan remaja dan kepuasan
psikologis, masih banyak faktor dari luar individu yang berpengaruh pada proses
pembentukkan perilaku merokok. Pada dasarnya perilaku merokok adalah perilaku
yang dipelajari. Hal itu berarti terdapat pihak-pihak yang berpengaruh besar
dalam proses sosialisasi.
Konsep sosialisai pertama berkembang dari Sosiologi dan dan
Psikologi Sosial merupakan suatu proses transmisi nilai-nilai, sistem belief,
sikap ataupun perilaku-perilakunya dari generasi sebelumnya kepada generasi
berikutnya (Durkin dalam Helmi). Adapun tujuan sosialisasi ini adalah agar
generasi berikutnya mempunyai sistem nilai yang sesuai dengan tututan norma
yang diinginkan kelompok, sehingga individu dapat diterima dalam kelompok.
Perilaku merokok dipengaruhi perasaan negative.
Menurut Silvan & Tomkins (Muta’din: 2002) banyak orang yang merokok untuk
perasaan negative dalam dirinya. Misalnya merokok bila marah, cemas, gelisah,
rokok dianggap sebagai penyelamat. Mereka menggunakan rokok bila perasaan tidak
enak terjadi, sehingga terhindar dari perasan yang tidak enak. Perilaku
merokok pada remaja merupakan perilaku transmisif. Dari penelitian Helmi dan
Komalasari (2000) didapatkan kesimpulan bahwa perilaku merokok merupaka
perilaku yang dipelajari dan ditularkan melalui aktivitas teman sebaya dan
perilaku permisif orang tua.
1.2.Rumusan
Masalah
Belum Diketahuinya Hubungan Tingkat Pendidikan Dan Pengetahuan Kepala Keluarga
Terhadap Prilaku Merokok di Desa Lubuk Batang Baru Kec. Lubuk Batang Kab. OKU
Tahun 2012.
1.3.Pertanyaan
Penelitian
Apakah Ada Hubungan Tingkat
Pendidikan Dan Pengetahuan Kepala Keluarga Terhadap Prilaku Merokok di Desa
Lubuk Batang Baru Kec. Lubuk Batang Kab. OKU Tahun 2012.
1.4.Tujuan Penelitian
1.4.1Tujuan umum
Diketahuinya Hubungan Tingkat Pendidikan Dan Pengetahuan Kepala Keluarga
Terhadap Prilaku merokok.
1.4.1Tujuan khusus
1. Diketahuinya Hubungan Tingkat
Pendidikan Kepala Keluarga Terhadap Prilaku Merokok di Desa Lubuk Batang Baru
Kec. Lubuk Batang Kab. OKU Tahun 2012.
2. Diketahuinya Hubungan Tingkat
Pengetahuan Kepala Keluarga Terhadap Prilaku Merokok di Desa Lubuk Batang Baru
Kec. Lubuk Batang Kab.OKU Tahun 2012.
1.5.Manfaat Penelitian
1.5.1.Bagi Peneliti
1.5.2.Bagi Institusi Pendidikan
1.5.3.Bagi Masyarakat
1.6.Ruang Lingkup Penelitian
Penelitian ini adalah meneliti
Hubungan tingkat PendidikanDan Pengetahuan Kepala Keluarga Terhadap Prilaku Merokok
di Desa Lubuk Batang Baru Kec. Lubuk Batang Kab.OKU Tahun 2012.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Merokok
2.1.1.Definisi Merokok
Prilaku merokok adalah aktivitas
menghisap atau menghirup rokok dengan menggunakan pipa atau rokok.Sari,dkk
(2003).
Prilaku
merokok dapat pila didefinisikansebagai aktivitas subjek yang diukur melalui
intensitas merokok,waktu merokok,dan fungsi merokok dalam kehidupan
sehari-hari.(Komasari & Helmi,2000).
Merokok
adalah membakar tembakau yang kemudian dihisapasapnya.Asap yang dihisap melalui
mulut disebut mainstream smoke,sedangkan asap rokok yang terbentuk pada ujung
rokok yang terbakar serta asap rokok yang dihembuskan ke udara oleh perokok
disebut sidestream smoke yang mengakibatkan yang mengakibatkan seseorang
menjadi perokok pasif.(Sitepoe,2000).
Kesimpulan dari perilaku merokok dengan merujuk pada definisi-definisi diatas
adalah aktivitas membakar tembakau dan menghisap atau menghirup asap rokok
dengan menggunakan pipa atau langsung dari rokoknya (mainstream smoke),kemudian
menghembuskan kembaliasap tersebut ke udara (sidestream smoke).
2.1.2.Tahapan Menjadi Perokok
Leventhan dan Clearly (dalam
Komasari dan Helmi,2000) mengatakan ada empat tahap dalam perilaku
merokok,yaitu:
1. Tahap prepatory,seseorang
mendapatkan gambaran yang menyanangkan mengenai rokok dengan cara mendenga,
melihat atau hasildari bacaan.Hal-hal menimbulkan minat untuk merokok.
2. Tahap Initiation,tahap perintisan
merokok,yaitu tahap apakah seseorang akan memutuskan atau tidak perilaku
merokoknya.
3. Tahap Becoming A Smoker,apabila
seseorang telah mengkonsumsi rokok sebanyak empat batang perhari maka mempunyai
kecendrungan menjadi perokok.
4. Tahap Maintenance A Smoking,tahap
ini merokok sudah menjadi salah satu bagian dari carapengaturan diri (shelf
regulating),merokok dilakukan untuk mempereoleh efek psikologis yang
menyenangkan.
2.1.3.Faktor Penyebab Atau Pendorong
Prilaku Merokok
Lewin (dalam Komasari &
Helmi,2000) menyatakan bahwa perilaku merokok merupakan fungsi dari lingkungan
dan individu.Artinya perilaku merokok disebabkan oleh factor dalam diri
(seperti perilaku memberontak dan suka mengambil resiko) dan factor lingkungan
(orang tua yang merokok dan teman sebaya yang merokok).
Menurut Mu’tadin (dalam Nasution,2007) factor penyebab seseorang remaja merokok
adalah pengaruh orang tua,pengaruh teman sebaya,factor kepribadian danpengaruh
iklan.
1. Pengaruh orang tua,remaja yang
berasal dari keluarga konservatif yang menekankan nilai-nilai social dan agama
yang baik dengan tujuan jangka panjang lebih sulit untuk terlibat dengan
rokok,tembakau atau obat-obatan,dibandingkan dengan keluarga yang permisif.Orang
tua yang merokok bisa menjadi contoh yang kuat bagi anak untuk memutuskan
merokok.
2. Berbagai fakta mengungkapkan bahwa
semakin banyak remaja merokok maka semakin besar kemungkinan teman-tamannya
perokok juga dan demikian sebaliknya.
3. Faktor kepribadian,orang mencoba
merokok adalah karena alas an ingin tahu atau ingin melepaskan diri dari rasa
sakit,membebaskan diri dari kebosanan.
4. Pengaruh iklan ,melihat iklan di
media massa dan elektronik yang menampilkan gambar bahwalambang kejantanan atau
glamour,membuat remaja sering kali terpicu untuk mengikuti perilaku seperti
yang ada pada iklan tersebut.
2.1.4.Dampak Dari Perilaku
Merokok
Ogden (2000) membagi dampak perilaku
merokok menjadi dua,yaitu:
1. Dampak Positif,merokok menimbulkan
dampak yang sangat sedikit bagi kesehayan.Graham (dalam Ogden,2000) menyatakan
bahwa perokok menyebutkan dengan merokok dapat menghasilkan mood positif dan
dapat membantu individu menghadapi keadaan yang sulit.
2. dampakNegatif,merokok dapat
menimbulkan berbagai dampak negative yang berpengaruh bagi kesehatan.Merokok
bukanlah suatu penyakit namun dapat memicuberbagai jenis penyakit,sehingga
boleh saja dikatakan merokok tidakalah menyebabkan kematian,tetapi penyakit yang
ditimbulkan dari perilaku merokokbisa menyebabkan kematian.Berbagai penyakit
yang bisa ditimbulkan oleh rokok antara lain:penyakit kardiovaskular,neoplasma
(kanker),saluran perbafasan,peningkatan tekanan darah,memperpendek
umur,penurunan vertilitas (kesuburan) dan nafsu seksual,sakit
maag,gondok,gangguan pembuluh darah,penghambat pengeluaran air seni,ambliyopia
(penglihatan kabur),dll.
2.2.Pendidikan
pendidikan adalah proses pengubahan
sikap dan tata laku seseorang atau kelompok orang dalam usaha mendewasakan
manusia melalui upaya pengajaran dan pelatihan;proses,cara,dan mendidik
(Depdiknas,2001).
Pendidikan
secara umum adalah segala upaya yang direncanakan untuk mempengaruhu orang lain
baik individu,kelompok atau masyarakat sehingga mereka melakukan apa yang
diharapkan (Notoatmodjo,2003).
Selama ini
kelompok orang sehat kurang memperoleh perhatian dalam upaya kesehatan
masyarakat.Padahal kelompok orang sehat di suatu komunitas sekitar 80-85% dari
populasi.Apabila kelompok ini tidak atau kurang di bina kesehatannya,maka
kelompok ini akan meningkatkan junlah kelompok atau komunitas orang sakit .Oleh
sebab itu pendidikan kesehatan pada kelompok ini perlu ditingkatkan atau dibina
agar tetap sehat,atau lebih meningkat lagi.Derajat kesehatan adalah
dinamis,oleh sebab itu meskipun seseorang telah dalam kondisi sehat tetapi
perlu ditingkatkan lagi dan dibina melalui pendidikan. (Notoatmodjo,2003).
2.3.Pengetahuan
Pengetahuan adalah merupakan hasil “tahu” dan ini terjadi setelah orang
melakukan pengindraan terhadap suatu objek tertentu. Pengindraan terjadi
melalui panca indra manusia, yakni indra penglihatan, pendengaran, penciuman,
rasa dan raba. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan
telinga (Notoatmodjo, 2003).
Sarwono (1993) juga menyebutkan bahwa pengetahuan merupakan pengenalan suatu
benda atau hal secara subjektif, pengetahuan berhubungan dengan banyaknya
informasi yang dimiliki seseorang, dapat diperoleh dari pengalaman, baik dari
diri sendiri maupun orang lain.
Weber (1993) dalam teori aksinya berpendapat bahwa individu melakukan suatu
tindakan berdasarkan atas pengalaman persepsi, pemahaman dan penafsirannya atas
suatu subjek atau stimulasi dan situasi tertentu.
Brieger (1992) yang menyatakan bahwa pengetahuan umumnya datang dari
pengalaman, tetapi dapat juga diperoleh dari informasi yang disampaikan oleh
guru, orang tua, teman, buku, surat kabar dan media elektronik. Sumber
pengetahuan juga dapat diperoleh dari pendidikan formal, semi formal, melalui
berbagai penyuluhan, ceramah dan sebagainya.
Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting untuk
terbentukknya tindakan seseorang (overt behavior).
Peneliti Rogers (1974) mengungkapkan, bahwa sebelum orang mengadopsi perilaku
baru di dalam diri orang tersebut terjadi proses yang berurutan, yaitu:
1. Awareness (kesadaran),
dimana orang tersebut menyadari dalam arti mengetahui terlebih dahulu terhadap
stimulus (objek).
2. Interest (merasa tertarik) terhadap stimulus
atau objek tersebut, disini sikap subjek mulai timbul.
3. Evaluation
(menimbang-bimbang) terhadap baik dan tidaknya stimulasi tersebut bagi dirinya,
hal ini berarti sikap responden sudah lebih baik lagi.
4. Trial, dimana subjek
mulai mencoba melakukan sesuatu sesuai dengan apa yang dikehendaki oleh
stimulus.
5. Adoption, dimana subjek
telah berprilaku baru sesuai dengan pengetahuan kesadaran dan sikapnya terhadap
stimulu.
Pengetahuan yang dicakup didalam domain kognitif
mempunyai 6 tingkatan, yaitu:
1. Tahu (know)
Tahu diartikan sebagai pengingat suatu materi yang telah dipelajari sebelumnya
termasuk kedalam pengetahuan tingkat ini adalah mengingat kembali (recall)
terhadap suatu yang spesifik dari seluruh bahan yang dipelajari atau rangsangan
yang telah diterima, oleh sebab itu “tahu” ini adalah merupakan tingkat
pengetahuan yang paling rendah. Kata kerja untuk mengukur bahwa orang
tahu tentang apa yang dipelajari antara lain: menyebutkan, menguraikan,
mendefinisikan, menyatakan, dan sebagainya. Contoh: dapat menyebutkan
tanda-tanda kekurangan kalori dan protein pada anak balita.
2. Memahami
(comprehention)
Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan menjelaskan secara benar tentang
objek yang diketahui, dan dapat menginterpretasi materi tersebut secara benar.
Orang yang paham terhadap objek atau materi harus dapat menyebutkan dan
menjelaskan, sebagai contoh: menyimpulkan, meramalkan, dan sebagainya terhadap
objek yang dipelajari. Misalnya
dapat menjelaskan mengapa harus makan makanan yang bergizi.
3.Aplikasi (application)
Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang telah
dipelajari pada situasi atau kondisi riil (sebenarnya). Aplikasi disini
dapat diartikan atau penggunaan hukum-hukum, rumus metode, prinsip dan
sebagainya dalam kondisi atau situasi yang lain. Misalnya dapat menggunakan
rumus statistik dalam perlindungan hasil penelitian. Penelitian dapat
menggunakan prinsip-prinsip siklus pemecahan masalah (Problem Solving Cycle)
di dalam memecahkan masalah kesehatan dari kasus yang diberikan.
3. Analisis (analysis)
Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau objek ke dalam
komponen-komponen, tetapi masih di dalam suatu struktur organisasi tersebut,
masih ada kaitannya satu sama lain. Kemampuan analisis ini dapat dilihat dari
penggunaan kata-kata kerja, seperti: dapat menggambarkan (membuat bahan),
membedakan, memisahkan, mengelompokkan dan sebagainya.
4. Sintesis (shyntesis)
Sintesis menunjukkan kepada suatu kemampuan untuk meletakkan atau menghubungkan
bagian-bagian di dalam suatu bentuk keseluruhan yang baru. Dengan kata
lain itu merupakan suatu kemampuan untuk menyusun formulasi baru dari
formulasi-formulasi yang ada. Misalnya: dapat menyusun, dapat merencanakan,
dapat menyesuaikan dan sebagainya terhadap suatu teori atau rumusan-rumusan
yang telah ada.
5. Evaluasi (evaluation)
Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan justifikasi atau
penilaian terhadap suatu materi atau objek. Penilaian-penilaian berdasarkan
suatu kriteria yang ditentukan sendiri, atau menggunakan kriteria-kriteria yang
telah ada. Misalnya: dapat membandingkan antara anak-anak yang cukup gizi dan
anak-anak yang kurang gizi.
2.4.Kerangka Konsep
Kerangka teori menurut Lawrance Green (1980) dalam nuku Notoatmodjo
(2010),sebagai berikut:
Faktor Predisposisi:
· Pendidikan
· Jenis kelamin
· Umur
· perilaku
|
|
Faktor Pendukung:
·
Fasilitas
pelayanan kesehatan
· Lingkungan
fisik
· Sumber daya
· Sarana
penunjang kesehatan
|
|
Faktor Pendorong:
· Sikap dan
perilaku petugas kesehatan
· Sikap dan
perilaku masyarakat
|
KERANGKA KONSEP,DEFINISI OPERASIONAL
DAN HIPOTESIS
3.1.Kerangka konsep
Penelitian ini
mengacu pada teori Lawrence Green (1980) dalam buku Notoatmodjo (2010).Tidak
semua variabel yang diteliti karena keterbatasan waktu maka peneliti dibatasi
hanya dua variabel yang diteliti yaitu variabel Independen (Pendidikan dan
Pengatahuan) dan variabel Dependen (Prilaku Merokok).Maka secara konsep dibuat
skema sebagai berikut:
Skema 3.1
Kerangka Konsep
pendidikan
pengetahuan
prilaku merokok
3.2.Definisi Operasional
3.2.1.Variabel Independen
NO
|
VARIABEL
INDEPENDEN
|
DEFINISI
OPERASIONAL
|
CARA
UKUR
|
ALAT
UKUR
|
HASIL
UKUR
|
SKALA
UKUR
|
1
|
Pendidikan
|
Jejnjang pendidikan terakhir yang
dicapai kepala keluarga
|
wawancara
|
kuesioner
|
1.
Tinggi,jika <SMU
2.
Rendah,jika ≥SMU
|
Ordinal
|
2
|
Pengetahuan
|
Hasil dari tahu dab terjadisetelah
orang melakukan pengindraan terhadap objek tertentu (Ari Kunto,2010)
|
wawancara
|
kuesioner
|
1.
Tinngi,jika menjawab benar
≥70% dari pertanyaan
2.
Rendah,jika menjawab benar <70%
dari pertanyaan
|
Ordinal
l
|
3.1.2.Variabel Dependen
NO
|
VARIABEL
DEPENDEN
|
DEFINISI
OPERASIONAL
|
CARA
UKUR
|
ALAT UKUR
|
HASIL
UKUR
|
SKALA
UKUR
|
1
|
Perilaku
merokok
|
Membakar
tembakau yg kemudian dihisap asapnya
|
wawancara
|
kuesioner
|
1. Tidak,jika tidak merokok
2. Ya,jika merokok
|
Nominal
l
|
3.3.Hipotesis
1.
Ada Hubungan
Antara Pendidikan Kepala Keluarga Terhadap Perilaku Merokok di Desa Lubuk
Batang Baru Kec. Lubuk Batang Kab.OKU Tahun 2012.
2.
Ada Hubungan
Antara Pengetahuan Kepala Keluarga Terhadap Perilaku Merokok di Desa Lubuk
Batang Baru Kec. Lubuk Batang Kab.OKU Tahun 2012.
BAB III
METODE PENELITIAN
4.1.Jenis Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian analitik
dengan desain yang digunakan adalah cross sectional (menurut Soekidjo
Notoatmodjo) dimana data yang menyangkut variable bebas dan variable terikat
dikumpulkan dalam waktu yang bersamaan.
4.2.Lokasi dan Waktu Penelitian
4.2.1.Lokasi Penelitian
Lokasi penelitian ini dilakukan di
desa Lubuk Batang Baru Kec.Lubuk Batang Kab.OKU Sumatera Selatan.
4.2.2.Waktu Penelitian
Penelitian dilaksanakan pada bulan
4.3.Populasi Dan Sampel
4.3.1.Populasi
Populasi adalah keseluruhan subjek penelitian (Arikunto,2002).
Populasi dalam
penelitian ini adalah seluruh kepala keluarga baik yang merokok maupun yang
tidak merokok di desa Lubuk
Batang Baru Kec.Lubuk Batang Kab.OKU.
4.3.2.Sampel
Sampel penelitian berjumlah 94 kepala keluarga, berdasarkan
perhitungan seperti pada rumus berikut:
Z2.1-α/2.P
(1-P).N
n
=
d2.(N – 1) + Z2.1-α/2.p
(1-p)
Keterangan :
N
: Sampel yang akan diteliti.
Z
.1-α/2 : Derajat kepercayaan diri seluruh populasi
yaitu 95% (1,96).
P
: Proporsi pada populasi 0,5.
d
: Simpangan dari proporsi populasi yaitu presisi digunakan 0,1
n
: Jumlah seluruh populasi 3.319 kepala keluarga.
Z2.1-α/2.P (1-P).N
n =
d2.(N – 1) + Z2.1-α/2.p
(1-p)
n
= 1,962.0,5
(1-0,5).3319
0,12 x (3319-1) + 1,962.
0,5.(1-0,5)
n
= 3,8416.(0,25).3319
(0,01) (3319) + (3,8416).0,25
n
= 0,9604 . 3319
33,18 + 0,9604
n
= 3187,5676
34,1404
n = 93,336
= dibulatkan menjadi 94 sampel dari jumlah populasi.
4.4.Teknik
Pengumpulan Data
Data primer langsung dari responden di desa sedangkan data sekunder diperoleh
dari Dinas Kesehatan Kabupaten Oku, Puskesmas dan kepala desa.
4..5.Teknik
Pengolahan Data dan Analisa Data
4.5.1.Teknik
Pengolahan Data
Menurut Hartono (2001) pengolahan data dapat dilakukan dengan tahap-tahap
sebagai berikut:
a. Editing (pengeditan)
Meneliti kembali apakah lembar kuesioner sudah cukup baik
sehingga dapat dip roses lebih lanjut. Editing dapat dilakukan di tempat
pengumpulan data sehingga jika terjadi kesalahan maka upaya perbaikan dapat
segera dilaksanakan.
b. Coding (pengkodean)
Usaha mengklarifikasikan jawaban-jawaban yang ada menurut macamnya, menjadi
bentuk yang lebih ringkas dengan menggunakan kode.
c.
Entry (pemasukan data)
Memasukan data ke dalam perangkat komputer sesuai dengan kriteria.
d. Cleaning data (pembersihan data)
Data yang telah dimasukan kedalam perangkat computer
diperiksa kembali untuk mengoreksi kemungkinan kesalahan.
4.5.2Analisa
Data
a. Analisa
Univariat
Metode ini digunakan untuk menganalisa distribusi frekuensi dari variabel
pendidikan,pengetahuan,serta prilaku merokok.
b. Analisa
Bivariat
Analisa bivariat dinyatakan untuk melihat ada hubungan antara variabel
independent yaitu pengetahuan dan sikap dengan variabel dependen yaitu pencegahan
demam berdarah dengan ujistatistic chi square bila nilai p value <
0,05 berarti data sampel mendukung adanya perbedaan yang bermakna (signifikan)
atau ada hubungan antara pendidikan,pengetahuan dan sikap kepala keluarga
terhadap prilaku merokok.
0 comments:
Posting Komentar
komentar anda adalah inspirasi saya