Pages

Subscribe:

Ads 468x60px

Labels

Social Icons

Selasa, 25 Desember 2012

proposal kesehatan


BAB 1
PENDAHULUAN

.1.1.Latar Belakang     
          Dewasa  ini, merokok merupakan suatu pemandangan yang sangat tidak asing. Kebiasaan merokok dianggap dapat memberikan kenikmatan bagi perokok, namun di lain pihak dapat menimbulkan dampak buruk bagi perokok sendiri maupun orang-orang disekitarnya. Berbagai kandungan zat yang terdapat di dalam rokok memberikan dampak negatif pada tubuh penghisapnya. Beberapa motivasi yang melatar belakangi merokok adalah untuk mendapat pengakuan (anticipatory beliefs) untuk menghilangkan kekecewaan (reliefing beliefs) dan menganggap perbuatannya tersebut tidak melanggar norma (permission beliefs/positive) (Joemana, 2004).
            Smet (1994) berpendapat bahwa usia pertama kali merokok umumnya berkisar antara usia 11-13 tahun dan mereka pada umumnya merokok sebelum usia 18 tahun. Usia tersebut dapat dikategorikan termasuk dalam rentangan masa remaja. Lebih jauh lagi Data WHO mempertegas bahwa kepala keluarga  memiliki kecenderungan yang tinggi untuk merokok, data WHO menunjukkan bahwa dari seluruh jumlah perokok yang ada di dunia sebanyak 50% adalah kepala keluarga (Republika, 1988).
Terdapat banyak alasan yang melatarbelakangi untuk merokok. Secara umum berdasarkan kajian Kurt Lewin, merokok merupakan fungsi dari lingkungan dan individu. Artinya, perilaku merokok selain disebabkan dari faktor lingkungan juga disebabkan oleh faktor diri atau kepribadian.
Faktor dalam diri perokok dapat dilihat dari kajian perkemangan remaja. Remaja mulai merokok dikatakan oleh Erikson (Gatchel, 1989) berkaitan dengan adanya krisis aspek psikososial yang dialami pada masa perkembangannya yaitu masa ketika mencari jati diri. Dalam masa remaja ini sering terjadi ketidaksesuaian antara perkembangan psikis dan perkembangan sosial. Upaya-upaya untuk menemukan jati diri tersebut tidak selalu dapat berjalan sesuai dengan harapan masyarakat. Beberapa remaja melakukan perilaku merokok sebagai cara kompensatoris. Seperti yang dikatakan oleh Brigham (1991) yang dikutip oleh Helmi, bahwasanya perilaku merokok bagi remaja merupakan perilaku simbolisasi. Symbol dari kematangan, kekuatan, kepemimpinan, dan daya tarik terhadap lawan jenis. Merokok bagi sebagian remaja merupakan perilaku proyeksi dari rasa sakit baik psikis maupun fsik. Walaupun di sisi lain, saat pertama kali mengkonsumsi rokok dirasakan ketidakenakkan. Hal ini sejalan dengan perkataan Helmi yang berpendapat bahwa saat pertama kali mengkonsumsi rokok, kebanyakan remaja mungkin mengalami gejala-gejala batuk, lidah terasa getir, dan perut mual. Namun demikian, sebagian dari para pemula tersebut mengabaikan pengalaman perasaan tersebut, biasanya berlanjut menjadi kebiasaan dan akhirnya menjadi ketergantungan. Ketergantungan ini dipersepsikan sebagai kenikmatan yang memberikan kepuasan psikologis. Sehingga tidak jarang perokok mendapatkan kenikmatan yang dapat menghilangkan ketidaknyamanan yang sedang dialaminya.
Secara manusiawi, orang cenderung untuk menghindari ketidakseimbangan dan lebih senang mempertahankan apa yang selama ini dirasakan sebagai kenikmatan sehingga dapat dipahami apabila para perokok sulit untuk behenti merokok. Klinke & Meeker (dalam Aritonang, 1997) mengatakan bahwa motif para perokok adalah relaksasi. Dengan merokok dapat mengurangi ketegangan, memudahkan berkonsentrasi, pengalaman yang menyenangkan dan relaksasi hingga terbiasa hingga dewasa..
Seperti yang diungkapkan Levethal & Clearly dalam Cahyani dan dikutip kembali oleh Helmi bahwasanya terdapat empat tahap dalam perilaku merokok sehingga menjadi perokok, yaitu:
1.       Tahap Preparatory. Seseorang yang mendapatkan gambaran yang menyenangkan mengenai merokok dengan cara mendengar, melihat, atau dari hasil bacaan. Hal-hal ini menimbulkan minat untuk merokok.
2.       Tahap Initiation. Tahap perintisan merokok yaitu tahap seseorang meneruskan untuk tetap mencoba-coba merokok.
3.       Tahap becoming smoker. Apabila seseorang telah mengkonsumsi rokok sebnayak empat batang perhari maka seseorang tersebut mempunyai kecenderungan menjadi perokok.
4.       Tahap maintenance of smoking. Tahap ini merokok sudah menjadi salah satu bagian dari cara pegaturan diri (self regulating). Merokok dilakukan untuk memperoleh efek fisiologis yang menyenangkan.

Selain faktor perkembangan remaja dan kepuasan psikologis, masih banyak faktor dari luar individu yang berpengaruh pada proses pembentukkan perilaku merokok. Pada dasarnya perilaku merokok adalah perilaku yang dipelajari. Hal itu berarti terdapat pihak-pihak yang berpengaruh besar dalam proses sosialisasi.
Konsep sosialisai pertama berkembang dari Sosiologi dan dan Psikologi Sosial merupakan suatu proses transmisi nilai-nilai, sistem belief, sikap ataupun perilaku-perilakunya dari generasi sebelumnya kepada generasi berikutnya (Durkin dalam Helmi). Adapun tujuan sosialisasi ini adalah agar generasi berikutnya mempunyai sistem nilai yang sesuai dengan tututan norma yang diinginkan kelompok, sehingga individu dapat diterima dalam kelompok.
Perilaku merokok dipengaruhi perasaan negative. Menurut Silvan & Tomkins (Muta’din: 2002) banyak orang yang merokok untuk perasaan negative dalam dirinya. Misalnya merokok bila marah, cemas, gelisah, rokok dianggap sebagai penyelamat. Mereka menggunakan rokok bila perasaan tidak enak terjadi, sehingga terhindar dari perasan yang tidak enak. Perilaku merokok pada remaja merupakan perilaku transmisif. Dari penelitian Helmi dan Komalasari (2000) didapatkan kesimpulan bahwa perilaku merokok merupaka perilaku yang dipelajari dan ditularkan melalui aktivitas teman sebaya dan perilaku permisif orang tua.
                                                                                  





1.2.Rumusan Masalah
            Belum Diketahuinya Hubungan Tingkat Pendidikan Dan Pengetahuan Kepala Keluarga Terhadap Prilaku Merokok di Desa Lubuk Batang Baru Kec. Lubuk Batang Kab. OKU Tahun 2012.
1.3.Pertanyaan Penelitian        
          Apakah Ada Hubungan Tingkat Pendidikan Dan Pengetahuan Kepala Keluarga Terhadap Prilaku Merokok di Desa Lubuk Batang Baru Kec. Lubuk Batang Kab. OKU Tahun 2012.
1.4.Tujuan Penelitian
1.4.1Tujuan umum
       Diketahuinya Hubungan Tingkat Pendidikan Dan Pengetahuan Kepala Keluarga Terhadap Prilaku merokok.
1.4.1Tujuan khusus
1.      Diketahuinya Hubungan Tingkat  Pendidikan Kepala Keluarga Terhadap Prilaku Merokok di Desa Lubuk Batang Baru Kec. Lubuk Batang Kab. OKU Tahun 2012.
2.      Diketahuinya Hubungan Tingkat Pengetahuan Kepala Keluarga Terhadap Prilaku Merokok di Desa Lubuk Batang Baru Kec. Lubuk Batang Kab.OKU Tahun 2012.

1.5.Manfaat Penelitian
1.5.1.Bagi Peneliti
1.5.2.Bagi Institusi Pendidikan
1.5.3.Bagi Masyarakat


1.6.Ruang Lingkup Penelitian
            Penelitian ini adalah meneliti Hubungan tingkat PendidikanDan Pengetahuan Kepala Keluarga Terhadap Prilaku Merokok di Desa Lubuk Batang Baru Kec. Lubuk Batang Kab.OKU Tahun 2012.













BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Merokok
2.1.1.Definisi Merokok
               Prilaku merokok adalah aktivitas menghisap atau menghirup rokok dengan menggunakan pipa atau rokok.Sari,dkk (2003).
               Prilaku merokok dapat pila didefinisikansebagai aktivitas subjek yang diukur melalui intensitas merokok,waktu merokok,dan fungsi merokok dalam kehidupan sehari-hari.(Komasari & Helmi,2000).
               Merokok adalah membakar tembakau yang kemudian dihisapasapnya.Asap yang dihisap melalui mulut disebut mainstream smoke,sedangkan asap rokok yang terbentuk pada ujung rokok yang terbakar serta asap rokok yang dihembuskan ke udara oleh perokok disebut sidestream smoke yang mengakibatkan yang mengakibatkan seseorang menjadi perokok pasif.(Sitepoe,2000).
                     Kesimpulan dari perilaku merokok dengan merujuk pada definisi-definisi diatas adalah aktivitas membakar tembakau dan menghisap atau menghirup asap rokok dengan menggunakan pipa atau langsung dari rokoknya (mainstream smoke),kemudian menghembuskan kembaliasap tersebut ke udara (sidestream smoke).
2.1.2.Tahapan Menjadi Perokok
               Leventhan dan Clearly (dalam Komasari dan Helmi,2000) mengatakan ada empat tahap dalam perilaku merokok,yaitu:
1.      Tahap prepatory,seseorang mendapatkan gambaran yang menyanangkan mengenai rokok dengan cara mendenga, melihat atau hasildari bacaan.Hal-hal menimbulkan minat untuk merokok.
2.      Tahap Initiation,tahap perintisan merokok,yaitu tahap apakah seseorang akan memutuskan atau tidak perilaku merokoknya.
3.      Tahap Becoming A Smoker,apabila seseorang telah mengkonsumsi rokok sebanyak empat batang perhari maka mempunyai kecendrungan menjadi perokok.
4.      Tahap Maintenance A Smoking,tahap ini merokok sudah menjadi salah satu bagian dari carapengaturan diri (shelf regulating),merokok dilakukan untuk mempereoleh efek psikologis yang menyenangkan.

2.1.3.Faktor Penyebab Atau Pendorong Prilaku Merokok
               Lewin (dalam Komasari & Helmi,2000) menyatakan bahwa perilaku merokok merupakan fungsi dari lingkungan dan individu.Artinya perilaku merokok disebabkan oleh factor dalam diri (seperti perilaku memberontak dan suka mengambil resiko) dan factor lingkungan (orang tua yang merokok dan teman sebaya yang merokok).
               Menurut Mu’tadin (dalam Nasution,2007) factor penyebab seseorang remaja merokok adalah pengaruh orang tua,pengaruh teman sebaya,factor kepribadian danpengaruh iklan.
1.      Pengaruh orang tua,remaja yang berasal dari keluarga konservatif yang menekankan nilai-nilai social dan agama yang baik dengan tujuan jangka panjang lebih sulit untuk terlibat dengan rokok,tembakau atau obat-obatan,dibandingkan dengan keluarga yang permisif.Orang tua yang merokok bisa menjadi contoh yang kuat  bagi anak untuk memutuskan merokok.
2.      Berbagai fakta mengungkapkan bahwa semakin banyak remaja merokok maka semakin besar kemungkinan teman-tamannya perokok juga dan demikian sebaliknya.
3.      Faktor kepribadian,orang mencoba merokok adalah karena alas an ingin tahu atau ingin melepaskan diri dari rasa sakit,membebaskan diri dari kebosanan.
4.      Pengaruh iklan ,melihat iklan di media massa dan elektronik yang menampilkan gambar bahwalambang kejantanan atau glamour,membuat remaja sering kali terpicu untuk mengikuti perilaku seperti yang ada pada iklan tersebut.
 2.1.4.Dampak Dari Perilaku Merokok
       Ogden (2000) membagi dampak perilaku merokok menjadi dua,yaitu:
1.      Dampak Positif,merokok menimbulkan dampak yang sangat sedikit bagi kesehayan.Graham (dalam Ogden,2000) menyatakan bahwa perokok menyebutkan dengan merokok dapat menghasilkan mood positif dan dapat membantu individu menghadapi keadaan yang sulit.
2.      dampakNegatif,merokok dapat menimbulkan berbagai dampak negative yang berpengaruh bagi kesehatan.Merokok bukanlah suatu penyakit namun dapat memicuberbagai jenis penyakit,sehingga boleh saja dikatakan merokok tidakalah menyebabkan kematian,tetapi penyakit yang ditimbulkan dari perilaku merokokbisa menyebabkan kematian.Berbagai penyakit yang bisa ditimbulkan oleh rokok antara lain:penyakit kardiovaskular,neoplasma (kanker),saluran perbafasan,peningkatan tekanan darah,memperpendek umur,penurunan vertilitas (kesuburan) dan nafsu seksual,sakit maag,gondok,gangguan pembuluh darah,penghambat pengeluaran air seni,ambliyopia (penglihatan kabur),dll.
2.2.Pendidikan
                      pendidikan adalah proses pengubahan sikap dan tata laku seseorang atau kelompok orang dalam usaha mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran dan pelatihan;proses,cara,dan mendidik (Depdiknas,2001).
                      Pendidikan secara umum adalah segala upaya yang direncanakan untuk mempengaruhu orang lain baik individu,kelompok atau masyarakat sehingga mereka melakukan apa yang diharapkan (Notoatmodjo,2003).
                      Selama ini kelompok orang sehat kurang memperoleh perhatian dalam upaya kesehatan masyarakat.Padahal kelompok orang sehat di suatu komunitas sekitar 80-85% dari populasi.Apabila kelompok ini tidak atau kurang di bina kesehatannya,maka kelompok ini akan meningkatkan junlah kelompok atau komunitas orang sakit .Oleh sebab itu pendidikan kesehatan pada kelompok ini perlu ditingkatkan atau dibina agar tetap sehat,atau lebih meningkat lagi.Derajat kesehatan adalah dinamis,oleh sebab itu meskipun seseorang telah dalam kondisi sehat tetapi perlu ditingkatkan lagi dan dibina melalui pendidikan. (Notoatmodjo,2003).

2.3.Pengetahuan
                        Pengetahuan adalah merupakan hasil “tahu” dan ini terjadi setelah orang melakukan pengindraan terhadap suatu objek tertentu. Pengindraan terjadi melalui panca indra manusia, yakni indra penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga (Notoatmodjo, 2003).
                        Sarwono (1993) juga menyebutkan bahwa pengetahuan merupakan pengenalan suatu benda atau hal secara subjektif, pengetahuan berhubungan dengan banyaknya informasi yang dimiliki seseorang, dapat diperoleh dari pengalaman, baik dari diri sendiri maupun orang lain.
                   Weber (1993) dalam teori aksinya berpendapat bahwa individu melakukan suatu tindakan berdasarkan atas pengalaman persepsi, pemahaman dan penafsirannya atas suatu subjek atau stimulasi dan situasi tertentu.
                        Brieger (1992) yang menyatakan bahwa pengetahuan umumnya datang dari pengalaman, tetapi dapat juga diperoleh dari informasi yang disampaikan oleh guru, orang tua, teman, buku, surat kabar dan media elektronik. Sumber pengetahuan juga dapat diperoleh dari pendidikan formal, semi formal, melalui berbagai penyuluhan, ceramah dan sebagainya.
                        Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting untuk terbentukknya tindakan seseorang (overt behavior).
                        Peneliti Rogers (1974) mengungkapkan, bahwa sebelum orang mengadopsi perilaku baru di dalam diri orang tersebut terjadi proses yang berurutan, yaitu:
1.      Awareness (kesadaran), dimana orang tersebut menyadari dalam arti mengetahui terlebih dahulu terhadap stimulus (objek).
2.      Interest (merasa tertarik) terhadap stimulus atau objek tersebut, disini sikap subjek mulai timbul.
3.      Evaluation (menimbang-bimbang) terhadap baik dan tidaknya stimulasi tersebut bagi dirinya, hal ini berarti sikap responden sudah lebih baik lagi.
4.      Trial, dimana subjek mulai mencoba melakukan sesuatu sesuai dengan apa yang dikehendaki oleh stimulus.
5.      Adoption, dimana subjek telah berprilaku baru sesuai dengan pengetahuan kesadaran dan sikapnya terhadap stimulu.

Pengetahuan yang dicakup didalam domain kognitif mempunyai 6 tingkatan, yaitu:
1.      Tahu (know)
            Tahu diartikan sebagai pengingat suatu materi yang telah dipelajari sebelumnya termasuk kedalam pengetahuan tingkat ini adalah mengingat kembali (recall) terhadap suatu yang spesifik dari seluruh bahan yang dipelajari atau rangsangan yang telah diterima, oleh sebab itu “tahu” ini adalah merupakan  tingkat pengetahuan yang paling rendah. Kata kerja untuk mengukur bahwa orang tahu tentang apa yang dipelajari antara lain: menyebutkan, menguraikan, mendefinisikan, menyatakan, dan sebagainya. Contoh: dapat menyebutkan tanda-tanda kekurangan kalori dan protein pada anak balita.
2. Memahami (comprehention)
            Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan menjelaskan secara benar tentang objek yang diketahui, dan dapat menginterpretasi materi tersebut secara benar. Orang yang paham terhadap objek atau materi harus dapat menyebutkan dan menjelaskan, sebagai contoh: menyimpulkan, meramalkan, dan sebagainya terhadap objek yang dipelajari. Misalnya dapat menjelaskan mengapa harus makan makanan yang bergizi.
           
            3.Aplikasi (application)
            Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang telah dipelajari pada situasi atau kondisi riil (sebenarnya). Aplikasi disini dapat diartikan atau penggunaan hukum-hukum, rumus metode, prinsip dan sebagainya dalam kondisi atau situasi yang lain. Misalnya dapat menggunakan rumus statistik dalam perlindungan hasil penelitian. Penelitian dapat menggunakan prinsip-prinsip siklus pemecahan masalah (Problem Solving Cycle) di dalam memecahkan masalah kesehatan dari kasus yang diberikan.
3.      Analisis (analysis)
            Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau objek ke dalam komponen-komponen, tetapi masih di dalam suatu struktur organisasi tersebut, masih ada kaitannya satu sama lain. Kemampuan analisis ini dapat dilihat dari penggunaan kata-kata kerja, seperti: dapat menggambarkan  (membuat bahan), membedakan, memisahkan, mengelompokkan dan sebagainya.
4.      Sintesis (shyntesis)
            Sintesis menunjukkan kepada suatu kemampuan untuk meletakkan atau menghubungkan bagian-bagian di dalam suatu bentuk keseluruhan yang baru. Dengan kata lain itu merupakan suatu kemampuan untuk menyusun formulasi baru dari formulasi-formulasi yang ada. Misalnya: dapat menyusun, dapat merencanakan, dapat menyesuaikan dan sebagainya terhadap suatu teori atau rumusan-rumusan yang telah ada.  
5.      Evaluasi (evaluation)
            Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan justifikasi atau penilaian terhadap suatu materi atau objek. Penilaian-penilaian berdasarkan suatu kriteria yang ditentukan sendiri, atau menggunakan kriteria-kriteria yang telah ada. Misalnya: dapat membandingkan antara anak-anak yang cukup gizi dan anak-anak yang kurang gizi.


2.4.Kerangka Konsep
                        Kerangka teori menurut Lawrance Green (1980) dalam nuku Notoatmodjo (2010),sebagai berikut:
Faktor Predisposisi:
·         Pendidikan
·         Jenis kelamin
·         Umur
·         perilaku
Faktor Pendukung:
·        
Perilaku kesehatan
Fasilitas pelayanan kesehatan
·         Lingkungan fisik
·         Sumber daya
·         Sarana penunjang kesehatan
Faktor Pendorong:
·         Sikap dan perilaku petugas kesehatan
·         Sikap dan perilaku masyarakat

KERANGKA KONSEP,DEFINISI OPERASIONAL
 DAN HIPOTESIS

3.1.Kerangka konsep
       Penelitian ini mengacu pada teori Lawrence Green (1980) dalam buku Notoatmodjo (2010).Tidak semua variabel yang diteliti karena keterbatasan waktu maka peneliti dibatasi hanya dua variabel yang diteliti yaitu variabel Independen (Pendidikan dan Pengatahuan) dan variabel Dependen (Prilaku Merokok).Maka secara konsep dibuat skema sebagai berikut:
Skema 3.1
Kerangka Konsep


pendidikan
pengetahuan                                                      prilaku merokok















3.2.Definisi Operasional
3.2.1.Variabel Independen
NO
VARIABEL INDEPENDEN
DEFINISI OPERASIONAL
CARA UKUR
ALAT UKUR
HASIL UKUR
SKALA UKUR
1
Pendidikan
Jejnjang pendidikan terakhir yang dicapai kepala keluarga
wawancara
kuesioner
1.      Tinggi,jika <SMU
2.      Rendah,jika ≥SMU
Ordinal
2
Pengetahuan
Hasil dari tahu dab terjadisetelah orang melakukan pengindraan terhadap objek tertentu (Ari Kunto,2010)
wawancara
kuesioner
1.      Tinngi,jika menjawab benar ≥70%  dari pertanyaan
2.      Rendah,jika menjawab benar <70% dari pertanyaan
Ordinal
l

3.1.2.Variabel Dependen
NO
VARIABEL DEPENDEN
DEFINISI OPERASIONAL
CARA UKUR
ALAT UKUR
HASIL UKUR
SKALA UKUR
1
Perilaku merokok
Membakar tembakau yg kemudian dihisap asapnya
wawancara
kuesioner
1.      Tidak,jika tidak merokok
2.      Ya,jika merokok
Nominal
l


3.3.Hipotesis
1.      Ada Hubungan Antara Pendidikan Kepala Keluarga Terhadap Perilaku Merokok di Desa Lubuk Batang Baru Kec. Lubuk Batang Kab.OKU Tahun 2012.
2.      Ada Hubungan Antara Pengetahuan Kepala Keluarga Terhadap Perilaku Merokok di Desa Lubuk Batang Baru Kec. Lubuk Batang Kab.OKU Tahun 2012.



BAB III
METODE PENELITIAN

4.1.Jenis Penelitian
                        Penelitian ini merupakan penelitian analitik dengan desain yang digunakan adalah cross sectional (menurut Soekidjo Notoatmodjo) dimana data yang menyangkut variable bebas dan variable terikat dikumpulkan dalam waktu yang bersamaan.
4.2.Lokasi dan Waktu Penelitian
4.2.1.Lokasi Penelitian
               Lokasi penelitian ini dilakukan di desa Lubuk Batang Baru Kec.Lubuk Batang Kab.OKU Sumatera Selatan.
4.2.2.Waktu Penelitian
               Penelitian dilaksanakan pada bulan
4.3.Populasi Dan Sampel
4.3.1.Populasi
               Populasi adalah keseluruhan subjek penelitian (Arikunto,2002).
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh kepala keluarga baik yang merokok maupun yang tidak merokok di desa Lubuk Batang Baru Kec.Lubuk Batang Kab.OKU.
4.3.2.Sampel
Sampel penelitian berjumlah 94 kepala keluarga, berdasarkan perhitungan seperti pada rumus berikut:

Z2.1-α/2.P (1-P).N
n          =
                                    d2.(N – 1) + Z2.1-α/2.p (1-p)


Keterangan :
N                : Sampel yang akan diteliti.
Z .1-α/2     : Derajat kepercayaan diri seluruh populasi yaitu 95% (1,96).
P                : Proporsi pada populasi 0,5.
d                : Simpangan dari proporsi populasi yaitu presisi digunakan 0,1
n                : Jumlah seluruh populasi 3.319 kepala keluarga.
     
                           Z2.1-α/2.P (1-P).N
n    =
               d2.(N – 1) + Z2.1-α/2.p (1-p)

n    =          1,962.0,5 (1-0,5).3319
0,12 x (3319-1) + 1,962. 0,5.(1-0,5)

n    =         3,8416.(0,25).3319
            (0,01) (3319) + (3,8416).0,25

n    =      0,9604 . 3319
              33,18 + 0,9604

n    =     3187,5676
              34,1404

n    = 93,336

      = dibulatkan menjadi 94 sampel dari jumlah populasi.



4.4.Teknik Pengumpulan Data
                    Data primer langsung dari responden di desa sedangkan data sekunder diperoleh dari Dinas Kesehatan Kabupaten Oku, Puskesmas dan kepala desa.
4..5.Teknik Pengolahan Data dan Analisa Data
4.5.1.Teknik Pengolahan Data
               Menurut Hartono (2001) pengolahan data dapat dilakukan dengan tahap-tahap sebagai berikut:
a.      Editing (pengeditan)
Meneliti kembali apakah lembar kuesioner sudah cukup baik sehingga dapat dip roses lebih lanjut. Editing dapat dilakukan di tempat pengumpulan data sehingga jika terjadi kesalahan maka upaya perbaikan dapat segera dilaksanakan.


b.      Coding (pengkodean)
      Usaha mengklarifikasikan jawaban-jawaban yang ada menurut macamnya, menjadi bentuk yang lebih ringkas dengan menggunakan kode.
c.       Entry (pemasukan data)
            Memasukan data ke dalam perangkat komputer sesuai dengan kriteria.
d.      Cleaning data (pembersihan data)
      Data yang telah dimasukan kedalam perangkat computer diperiksa kembali untuk mengoreksi kemungkinan kesalahan.


4.5.2Analisa Data
a.    Analisa Univariat
            Metode  ini digunakan untuk menganalisa distribusi frekuensi dari variabel pendidikan,pengetahuan,serta prilaku merokok.
b.    Analisa Bivariat
                    Analisa bivariat dinyatakan untuk melihat ada hubungan antara variabel independent yaitu pengetahuan dan sikap dengan variabel dependen yaitu pencegahan demam berdarah dengan ujistatistic chi square bila nilai p value < 0,05 berarti data sampel mendukung adanya perbedaan yang bermakna (signifikan) atau ada hubungan antara pendidikan,pengetahuan dan sikap kepala keluarga terhadap prilaku merokok.



0 comments:

Posting Komentar

komentar anda adalah inspirasi saya